Jakarta, 04/06/2018 – Pada perdagangan hari ini, kemungkinan besar bahwa dolar AS atau greenback sepertinya ingin mempertahankan sisi penguatannya kembali di saat perang dagang akan memanas lagi.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan akhir pekan kemarin, kondisi greenback memberikan tekanannya kepada mata uang utama dunia lainnya dan emas, sehingga hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup melemah di level 1,1659, GBPUSD ditutup menguat di level 1,3374, AUDUSD ditutup mendatar di level 0,7568 dan USDJPY ditutup menguat di level 109,52.
Sekaligus membuat harga emas kontrak Agustus di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $6,80 atau 0,52% di level $1297,90 per troy ounce. Dalam sebulan perdagangannya, harga emas mengalami penurunan sebesar 1,6% di Mei lalu dan dalam perdagangan sepekan lalu, emas mengalami penurunan sebesar 0,7%.
Nilai indeks dolar AS sangat positif pada perdagangan akhir pekan kemarin, di mana indeks dolar mengalami aksi penguatannya sebagai bentuk aksi beli kembali yang berkembang karena beberapa data ekonomi AS sangat mendukung kenaikan suku bunga the Fed. Dalam sepekan kemarin, data-data ekonomi AS seakan berhasil menyakinkan investor bahwa kondisi kinerja ekonomi AS sangat solid dan kenaikan suku bunga the Fed seharusnya bisa naik 4 kali di tahun ini di mana untuk kenaikan keempat di Desember nanti sudah berkembang perkiraan kenaikan yang sudah muali tampak oleh analis dunia.
Situasi ini telah berhasil menahan indeks dolar dari tekanan mata uang utama dunia dan emas dari perilaku beberapa kebijakan perdagangan AS yang selalu merugikan atau melemahkan indeks dolar itu sendiri. Bahkan negara-negara peserta pertemuan G7 semuanya sepakat menentang aksi proteksi dari Presiden Trump, sebuah kesepakatan satu suara untuk pertama kali terjadi di G7 summit tersebut.
Kembali ke data ekonomi pekan lalu dari laporan Beige Book telah menjelaskan aktivitas manufaktur AS sedang dalam putaran yang tinggi dan laju inflasi masih bisa naik dengan bukti beberapa pengecer telah menaikkan harga jualnya dan masyarakat masih menerimanya. Kondisi ini menjadi isyarat bajwa FOMC meeting pada 2 pekan mendatang dipastikan masih ada kenaikan suku bunga the Fed lagi.
Akan tetapi ada garis bawah yang kritis dalam Beige Book di mana the Fed masih harus berhati-hati dengan kebijakan pemerintah AS yang bersebelahan dengan mitra dagangnya, di mana sering kali masalah proteksi tersebut bisa menganggu kinerja ekonomi AS secara utuh.
Masalah perdagangan dengan China makin meruncing jika AS tetap akan melakukan tarif impornya, maka China akan menunda pembelian besar-besaran alias menunda pengurangan surplus perdagangannya dengan AS. Kanada, Meksiko dan Uni Eropa juga menentang kebijakan Trump. Dan dapat dipastikan pelemahan kali ini sebagai bentuk kekhawatiran perang dagang merebak ke seluruh dunia sehingga potensi safe haven memang tidak bisa dihindarkan.
Data tenaga kerja AS bisa membatasi gerakan koreksi indeks dolar ini karena memang sudah dijelaskan dari data tersebut bahwa kenaikan suku bunga the Fed memang tidak bisa ditunda kembali, dan bank-bank sentral dunia lainnya masih belum melakukan normalisasi kebijakan moneternya.
0 komentar:
Post a Comment